Program Bahsul Masail Mencetak Generasi Ulama yang Intelek

Program Bahsul Masail Mencetak Generasi Ulama yang Intelek

MAJALENGKA - Salah satu program tahunan yang diagendakan oleh Kulliyatul Mu\'allimin Al-Islamiyyah (KMI) Pesantren Al Madani Cikalong adalah kegiatan ad-Diraasah fii Kutubi at-Turaast atau sering juga disebut dengan Fathul Kutub atau Bahsul Masail. Tujuan diadakannya Bahsul Masail adalah untuk mencetak generasi ulama yang intelek. Pimpinan Pontren Al Madani,  DR KH  Endi Suhendi Ma\'arif, MA  mengatakan, program Bahsul Masail ini khusus diperuntukkan bagi santri akhir KMI (3 SMA). Pelaksanaannya selama tiga hari (Sabtu 29 Februari - Senin 2 Maret 2020) dengan dibimbing oleh wali kelas dan juga oleh Majelis Guru. Bagi santri akhir program Bahsul Masail dilaksanakan di semester kedua dengan pembahasan pada 4 materi, yaitu Tauhid, Tafsir, Hadits dan Fiqh. Kegiatan ini merupakan implementasi dari salah satu motto pesantren yaitu \"Berwawasan Luas\". Selain itu, program ini juga dalam rangka mengamalkan lima ayat pertama dari surat Al-\'Alaq yang menekankan betapa pentingnya membaca dan mempelajari ilmu, khususnya ilmu agama. “Program Bahsul Masail ini sangatlah diperlukan, terutama bagi santri akhir yang sebentar lagi akan menjadi alumni. Mereka dituntut untuk bersungguh-sungguh dalam ber-tafaqquh fid-din (mendalami ilmu agama) supaya kelak mampu menjadi mundzirul qoum,” jelasnya. Tak hanya itu, sebagai calon pemimpin umat, mereka juga akan menjadi rujukan orang atau tempat umat bertanya. Maka, mereka harus mumpuni dalam wawasan agama. Tak bisa dipungkiri bahwa kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan selalu menghadirkan sesuatu yang baru dalam kehidupan. Tujuan Bahsul Masail setidaknya ada empat hal. Yakni, pertama mengenalkan turast Islam. Supaya santri akhir merasakan luasnya khazanah keilmuan dan cakrawala pemikiran Islam. Dengan demikian mereka akan mengenal pula para ulama, kitab-kitabnya, metodologinya dan katalogisasinya. Minimal mereka memahami katalog pemikiran dalam Turast Islam. Kedua, menumbuhkan etos ilmiah sebagaimana tradisi para ulama dahulu. Yaitu dengan membaca, meneliti dan menulis. Saat ini, kita tinggal menikmati saja hasil penelitian para ulama dahulu, padahal mereka maksimal dalam meneliti dan menulisnya. Ulama dahulu juga suka membaca dan menulis. Namun sekarang terkadang para tokoh agama banyak ceramah jarang membaca dan juga menulis. Ketiga, belajar berijtihad, minimal mengenal ijtihadnya para ulama. Melalui Program Bahsul ini setiap peserta akan diberi masalah untuk dicarikan jawaban dan argumennya dalam Turast Islam. Maka, wawasan dan kemampuan mereka tentang pelajaran Usul Fiqh, Fiqh Muqarin, Nahwu, Sorof, Mustolah Hadis, Tafsir dan lain-lain akan diuji. Keempat, mengukur kemampuan bahasa Arab. Karena Turas Islam hampir semuanya menggunakan bahasa Arab. Bukan hanya itu, kemampuan mereka dalam berbahasa Arab juga diuji saat menuliskan hasil pembahasan dan saat mendiskusikan hasil bahasannya. Sebelum membahas materi dan masalah yang diberikan, seluruh peserta terlebih dahulu diadakan pembekalan materi-materi pembahasan. Materi tersebut langsung disampaikan oleh Pengsuh Pesantren Al Madani Cikalong. Secara teknis kajian dimulai dengan membaca, meringkas, berdiskusi, dan memecahkan berbagai masalah dalam subjek Tafsir, Hadits, Tauhid, serta Fiqh. Pada pencapaian selanjutnya, program ini diharapkan dapat menjadi motivasi bagi para santri yang mengikuti, agar mereka memiliki kepercayaan diri dalam menyampaikan argument yang sesuai dengan dalil-dalil Syar\'i dan menghilangkan fanatisme kelompok, aliran dan madzhab. Acara kemudian ditutup dengan presentasi hasil kajian dengan dibimbing oleh musyrip/pembimbing. “Tradisi keilmuan, kemasyarakatan, dan keagamaan di pesantren sebagai jembatan menuju kejayaan masa depan umat,” pungkasnya. (ara)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: