UMKM Belum Rasakan Hasil Pembangunan
MAJALENGKA-Memasuki tahun baru 2020, ada harapan dan kegalauan yang dirasakan warga Majalengka. Seorang warga Kelurahan Cijati, Kecamatan Majalengka, Deni Ramdani megungkapkan, sebagai warga Majalengka bersyukur bisa berkumpul di kota Angin yang selalu dirindukannya di tahun 2020. “Tentu kota ini tidak sepi seperti dulu, telah banyak berubah dan bersolek menuju kota industri yang mulai banyak dilirik oleh para investor,” ujarnya. Menurutnya, perkembangan Kota Angin sudah dirasakan sejak dua hingga tiga tahun lalu. Derap pembangunan mulai terasa. Dikatakan pengusaha muda ini, Majalengka ibarat gadis yang beranjak remaja, bersolek dan banyak dilirik para pendatang. Dengan kehadiran Tol Cipali dan BIJB sebagai pintu gerbang Jawa barat, tentu hal ini sangat menguntungkan Majalengka. Industri mulai tumbuh, sektor riil bergeliat, pariwisata dikembangkan dan akses sarana prasarana jalan diperbaiki. Banyak perusahaan berdiri dan ekspansi ke Majalengka dengan dalih biaya produksi akan lebih rendah dibanding wilayah lain karena letaknya strategis “Tentunya pemerintah daerah kegirangan menyambut ini. Semua bakal menjadi tulung punggung ekonomi dan mendongkrak PAD Majalengka. Akan tetapi mungkin kelupaan menyiapkan regulasi-regulasi yang akan memproteksi kepentingan rakyat Majalengka,” ujarnya. Ditambahkan, industri yang hadir baru sebatas industri padat karya. Majalengka baru menjadi tempat produksi dan belum banyak mendapatkan manfaat lainnya. “Apakah Majalengka mendapatkan yang lainya seperti pajak ekspor, bagi hasil produksi, pajak daerah dan pengakomodiran komoditas lokal? Belum tentu. Karena pada umumnya pabrik yang berdiri sekarang masih membayarkan itu semua ke kota induk dimana mereka berada,” ujarnya. Bahkan, untuk sekadar memasok bahan baku industri makanan saja, sambung dia, petani Majalengka tidak berdaya. Padahal Majalengka kaya akan hasil bumi, seperti kentang, jagung dan kacang tanah. “Majalengka sekali lagi kehilangan kesempatan menambah PAD karena ketidakberdayaan di pasar global ataupun perangkat hokum dan regulasinya yang belum mendukung iklim investasi. Begitu juga para pelaku UMKM Majalengka hanya ingin sekadar berjualan di megah nya lapak BIJB, tidak sanggup untuk bersaing dengan tenan nasional maupun internasional, “ bebernya. Akhirnya pelaku UMKM lokal kembali gigit jari dan terpinggirkan, sehingga belum merasakan sepenuhnya dampak yang sesungguhnya dari pembangunan itu sendiri. (ara/adv)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: