Mahasiswi STIKes YPIB Menimba Ilmu di Thailand
MAJALENGKA – Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) YPIB Majalengka, Ulvi Nurlika mewakili civitas akademika STIKes YPIB dalam program student exchange ke Burapha University, Chonburi Thailand. Ulva menjalani pertukaran pelajar 2-13 Desember lalu. Ulvi merupakan mahasiswi STIKes YPIB pertama, sejak STIKes YPIB menjalin kerja sama dengan kampus-kampus di Thailand dan Filipina mulai tahun 2019. Ulvi bergabung dengan 12 mahasiswi dan 3 dosen lain dari Bandung, Medan, Ternate dan Jakarta. Dosen sekaligus bidang kemahasiswaan STIKes YPIB, Idris Handriana SKep Ners MKep mengatakan, Ulvi menjadi wakil STIKes YPIB setelah melalui seleksi yang diikuti 16 mahasiswi lainnya. Peserta seleksi berasal dari Prodi Keperawatan, Farmasi, dan Kebidanan. Ulvi dinyatakan lolos seleksi yang mengacu pada kemampuan bahasa Inggris, aktif di organisasi, dan IPK minimal 3,00. Jika tahun ini hanya Ulvi, selanjutnya akan dikirim lebih banyak mahasiswi untuk menimba pengalaman di kampus-kampus Thailand dan Filipina. “Ked epan kami akan kirim masing-masing mahasiswi setiap program studi untuk mengikuti pertukaran pelajar ini. Bahkan program selanjutnya juga akan ada pertukaran dosen,” terang Idris. Sementara saat ditemui di kampus STIKes YPIB, Ulvi mengaku bangga bisa lolos seleksi dan bisa menimba pengalaman di Negeri Gajah Putih tersebut. Mahasiswi tingkat III S1 Keperawatan itu mengaku banyak mendapat pengetahuan baru selama dua pekan di Chonburi. Saat pertama tiba di Thailand, Ulvi menjelaskan peserta student exchange langsung melakukan observasi ke kelas, perpustakaan, serta kunjungan ke rumah sakit milik universitas khususnya ke laboratorium maternitas dan ICU. “Selama di Thailand, kami mahasiswa Indonesia juga menjalani student club dengan mahasiswa asal Tiongkok, Jepang, dan Finlandia,” terang Ulvi. Selama di Thailand, Ulvi menilai pola belajarnya lebih baik dan lebih ketat. Jika di kampus-kampus kesehatan Indonesia menerapkan 7 pekan kuliah materi dan sepekan praktik, di Thailand diterapkan dua pekan materi dan dua pekan praktik per mata kuliah. Dia menilai kurikulum tersebut lebih efektif karena langsung praktik, dan hal tersebut didukung dengan fasilitas yang lebih baik khususnya di Burapha University yang memiliki rumah sakit. Tidak hanya itu, mahasiswa di Thailand juga dituntut mengeksplorasi keilmuan melalui berbagai macam teknik. “Observasi bisa dilakukan dengan menonton film yang terkait ilmu kesehatan, atau mahasiswa diberi tugas dan kebebasan mengeksplor materi dari luar kampus,” terang alumni SMAN 1 Cimalaka Sumedang ini. Terkait rumah sakit, Ulvi yang beberapa kali berkunjung ke bagian hemodial dan perawatan lansia melihat satu perawat menangani satu pasien. Namun teknis perawatan di Thailand tidak jauh berbeda dengan rumah sakit-rumah sakit di Indonesia. Setelah kembali ke Indonesia, Ulvi seharusnya melakukan presentasi di hadapan pimpinan STIKes YPIB. Namun tertunda karena sedang konsentrasi menghadapi ujian akhir semester. (iim)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: