‘Si Jempol Sehat’ Inovasi Puskesmas Panyingkiran

‘Si Jempol Sehat’ Inovasi Puskesmas Panyingkiran

Kepala Puskesmas Panyingkiran, Eha Julaeha, SKM-dok-radarmajalengka

MAJALENGKA, RADARMAJALENGKA.COMPuskesmas Panyingkiran terus berinovasi dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui program unggulan bertajuk “Si Jempol Sehat”.

Kepala Puskesmas Panyingkiran, Eha Julaeha, SKM, menjelaskan bahwa capaian Program Pemeriksaan Kesehatan Gratis (PKG) di wilayah Kecamatan Panyingkiran sebelumnya belum optimal jika hanya menunggu masyarakat datang ke puskesmas.

“Karena itu kami meluncurkan inovasi Si Jempol Sehat, yang berarti Siaga Jemput Bola ke Masyarakat. Dengan cara ini, pelayanan kesehatan dilakukan secara proaktif mendatangi warga,” ujarnya, Senin (6/10/2025).

Menurut Eha, hasil evaluasi menunjukkan adanya peningkatan signifikan pada capaian PKG setelah program tersebut dijalankan.

BACA JUGA:Gercep! BBWS Siapkan Desain Pengaman Tebing

“Sebelum dilakukan layanan jemput bola, capaian PKG hanya sekitar 1,6 persen. Namun setelah program Si Jempol Sehat dijalankan, angkanya melonjak menjadi lebih dari 25 persen,” jelasnya.

Eha menambahkan, Puskesmas Panyingkiran membina 9 desa di wilayah kerjanya. Selain menyasar masyarakat umum, tim medis juga melaksanakan Pemeriksaan Kesehatan Gratis di sekolah-sekolah.

“Program PKG yang kami jalankan sejak Agustus 2025 telah menjangkau 23 SD, 3 SMP, dan 1 SMK. Total ada sekitar 1.500 siswa dan guru yang sudah mengikuti pemeriksaan kesehatan gratis ini,” ungkapnya.

Lebih lanjut, Eha menjelaskan bahwa sasaran program PKG meliputi masyarakat berusia 2 hari hingga 59 tahun.

BACA JUGA:DPRD Dukung Respons Cepat Bupati, Dorong Relokasi dan Perbaikan Tanggul

Selain itu, pelayanan kesehatan di Puskesmas tetap buka setiap hari Sabtu untuk memudahkan warga yang ingin berobat.

“Memang jumlah kunjungan pasien pada hari Sabtu tidak terlalu banyak, rata-rata sekitar 50 orang. Berdasarkan data kami, penyakit yang paling banyak diderita masyarakat adalah batuk-pilek dan hipertensi, yang hingga kini masih menjadi penyakit tertinggi di wilayah kami,” tuturnya. (ara)

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: