Ketua Karang Taruna Kecamatan Palasah Kritik Kasus Keracunan Bantuan Pangan MBG: Anomali di Balik Kata Bergizi

Ketua Karang Taruna Kecamatan Palasah Kritik Kasus Keracunan Bantuan Pangan MBG: Anomali di Balik Kata Bergizi

Ketua Karang Taruna Kecamatan Palasah, Bayu Saeful Ulum-Dok-Istimewa

RADARMAJALENGKA.COM-Majalengka – Kasus keracunan makanan yang menimpa sejumlah penerima bantuan pangan belakangan ini mendapat sorotan tajam dari berbagai kalangan masyarakat.

Ketua Karang Taruna Kecamatan Palasah, Bayu Saeful Ulum, menjadi salah satu yang angkat bicara menyoroti fenomena tersebut. 

Ia menilai, program bantuan makanan bergizi (MBG) yang seharusnya menjadi upaya pemerintah untuk meningkatkan kualitas gizi masyarakat justru memunculkan anomali di lapangan.

BACA JUGA:Bupati Eman Lantik Direksi PTSMU, Titip Pesan Jangan Ulangi Kesalahan

“Seharusnya kata bergizi ini adalah sebuah proses ketat yang mengutamakan kualitas, bukan sekadar kuantitas. Tetapi faktanya terbalik. Entah karena kuantitas yang banyak dianggap lebih penting, sehingga margin keuntungan ikut membesar,” kata Bayu dalam keterangannya, Kamis (26/9/2025).

Menurut Bayu, program MBG yang diperuntukkan bagi ribuan penerima bantuan jelas membutuhkan proses panjang. Mulai dari pemilihan bahan mentah, pengolahan, penyajian, hingga distribusi, semua memerlukan durasi waktu yang tidak sebentar.

Hal inilah yang menurutnya rentan menimbulkan masalah jika tidak diawasi secara ketat.

BACA JUGA:Sedekah Jumat BAZNAS Majalengka, Gerakan Kebaikan untuk Sejahterakan Masyarakat

“Untuk kebutuhan 3.000 sampai 4.000 penerima bantuan saja, jelas membutuhkan waktu yang cukup lama. Jika durasi terlalu panjang, kemungkinan besar makanan bisa basi sebelum sampai ke penerima. Dari sinilah potensi keracunan bisa muncul,” ungkap Bayu.

Ia menambahkan, hal tersebut berbanding terbalik dengan praktik warung makan sederhana, warteg, atau kantin kecil di masyarakat. Meski skalanya kecil, jarang sekali terdengar kasus keracunan massal di warung-warung rakyat tersebut.

“Kenapa warteg atau warung Bu Kantin jarang ada kasus keracunan? Karena orientasi mereka adalah menghidupi keluarga dan karyawan, bukan mengejar proyek. Jadi mereka menjaga kualitas makanan agar pelanggan tetap percaya,” ujar Bayu, menirukan pernyataan salah seorang warga, Piqi, saat berdiskusi bersama Karang Taruna Palasah.

Lebih lanjut, Bayu menegaskan bahwa program MBG harus benar-benar dikawal oleh berbagai pihak. Ia menilai selama ini pelaksanaan program terkesan hanya melibatkan pihak tertentu yang ditunjuk pemerintah, tanpa partisipasi nyata dari komponen masyarakat setempat.

BACA JUGA:Mahasiswa YPIB Gelar Penyuluhan Stunting dan TBC

“Katanya program ini ketat dan dikawal pihak berwenang yang ditunjuk pemerintah. Tapi nyatanya justru memakan korban. Alih-alih agar generasi sehat dengan makanan bergizi, faktanya malah jauh dari kata bergizi,” tegasnya.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber:

Berita Terkait