Mereka tinggal di kawasan Pardisan, daerah yang menurut Iman cukup jauh dari zona merah konflik.
"Di tempat saya sih aman-aman saja. Zona merah itu lebih ke wilayah militer dan sekitar ibu kota Teheran. Dari tempat saya ke sana sekitar empat jam perjalanan, kira-kira seperti dari Sumedang ke Jakarta," jelasnya.
Iman mengaku telah menyelesaikan studinya di Iran. Namun, karena merasa betah, ia sempat menunda kepulangan ke Indonesia. Namun, kondisi konflik yang memanas membuatnya dan keluarga akhirnya memutuskan pulang.
"Setelah lulus, sebenarnya saya masih betah di sana. Tapi karena ada imbauan dari KBRI dan evakuasi dari pemerintah, ya kami ikut pulang," katanya.
Iman, bersama istri dan anaknya, pulang ke Indonesia melalui jalur alternatif karena penerbangan langsung dari Iran sedang ditutup.
"Kami berangkat dari Iran tanggal 25 Juni melalui Azerbaijan, sekitar pukul 20.00 waktu setempat. Tiba di Bandara Soekarno-Hatta pada 26 Juni malam, sekitar pukul 19.00 WIB," jelasnya.
Setelah menyelesaikan proses pemeriksaan bea cukai, mereka langsung melanjutkan perjalanan darat menuju Tanjungsari, Sumedang, tempat tinggal keluarga Iman. Perjalanan tersebut ditempuh hingga pukul 02.00 dini hari.
"Alhamdulillah, sekarang kami semua dalam keadaan sehat. Belum tahu kapan ke Majalengka. Mertua juga sedang berada di sini (Sumedang)," ungkapnya.
Saat ditanya apakah ada rencana untuk kembali ke Iran, Iman menegaskan tidak memiliki keinginan tersebut.
"Tidak lah, kuliah juga sudah selesai," pungkasnya. (ono)