MAJALENGKA, RADARMAJALENGKA.COM - Nama KH Abdul Chalim kini resmi menjadi nama jalan di Kabupaten Majalengka.
Tokoh pahlawan nasional asal Majalengka ini diabadikan di sepanjang Jalan Raya Rajagaluh-Prapatan Sumberjaya.
"Nama jalan Rajagaluh-Prapatan Sumberjaya sudah diganti menjadi Jalan KH Abdul Chalim," kata Pj Bupati Majalengka, Dedi Supandi.
Ruas jalan tersebut melintasi Desa/Kecamatan Leuwimunding, yang merupakan tempat kelahiran KH Abdul Chalim.
Untuk mengenang jasanya, Pemkab Majalengka memutuskan untuk mengabadikan namanya di jalan tersebut.
"Penamaan jalan ini sudah resmi, bahkan di ujung dekat Rajagaluh sudah ada plangnya," jelas Dedi.
Penamaan jalan ini masih menunggu SK dari Pemprov Jabar, mengingat status jalan tersebut adalah milik provinsi.
BACA JUGA:Kunjungan Kerja Pertama, Menteri Nusron Ingin Samakan Gelombang Pemikiran dan Filosofi
"Usulan dari tingkat kabupaten sudah diajukan, tetapi karena ini merupakan jalan provinsi, harus dituangkan juga dalam SK tata ruang di provinsi. Proses ini sedang berlangsung, tetapi di tingkat kabupaten sudah selesai," jelasnya.
Selain Jalan Rajagaluh-Prapatan Sumberjaya, Pemkab Majalengka juga akan mengganti sejumlah nama jalan lainnya.
Setidaknya ada tiga titik jalan yang disebut Dedi akan berubah namanya.
"Nanti, yang perbatasan Cirebon sampai dengan Sindangwangi hingga ke barat, akan dinamakan Jalan Prabu Cakraningrat," katanya.
Sementara itu, jalan dari Sasak Cikeruh sampai dengan Cigasong akan dinamakan Jalan Pangeran Muhammad, dan jalan dari prapatan ke utara, menuju Desa Budur, Kecamatan Ciwaringin, Kabupaten Cirebon, akan dinamakan Ki Ageng Pajalin.
BACA JUGA:Komisi II DPR RI Dukung Program 100 Hari Kerja Menteri Nusron
Sementara itu, dilansir dari situs NU Online, KH Abdul Chalim lahir di Kecamatan Leuwimunding, Majalengka, Jawa Barat, pada tahun 1898.
Ia adalah putra dari pasangan Mbah Kedung Wangsagama dan Nyai Suntamah.
Masa kecil Kiai Chalim dihabiskan untuk belajar di Sekolah Raja (sekolah umum yang diikuti oleh kalangan tertentu pada masa penjajahan Belanda) selama dua tahun.
Selanjutnya, Kiai Chalim melanjutkan pendidikan di Pesantren Barada Mirat Leuwimunding, Pesantren Trajaya, Pesantren Kedungwuni Kadipaten Majalengka, hingga Pesantren Masantren Cirebon.
Pada tahun 1914, saat usianya baru menginjak enam belas tahun, KH Abdul Chalim menunaikan ibadah haji dan menuntut ilmu ke tanah Hijaz selama dua tahun.
BACA JUGA:Menteri Nusron akan Siapkan PP tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional