MAJALENGKA, RADARMAJALENGKA.COM -Krisis air bersih akibat musim kemarau panjang di Kabupaten Majalengka terus meluas. Kali ini krisis air bersih tidak hanya terjadi di wilayah Bantarujeg maupun wilayah Utara Majalengka saja, melainkan sudah mulai memasuki wilayah tengah Majalengka, seperti Panyingkiran dan Majalengka.
Di Kecamatan Majalengka sendiri, sejumlah warga kampung Cibodas Kelurahan Sindangkasih saat ini mulai merasakan krisis air bersih akibat menyusutnya sumur maupun suplai air bersih dari PDAM.
Akibatnya sejumlah warga harus rela berjalan sekitar 300 meter ke puncak bukit yang masih menyisakan sedikit mata air untuk digunakan sebagai sumber air bersih warga.
Hal itu seperti yang diakui Nenah (45) warga sekitar yang mengaku dalam sehari hari ia harus berjalan menaiki bukit tersebut sebanyak dua atau tiga kali dengan membawa buyung (alat penampung air yang terbuat dari tembaga red) . hal itu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan MCK terutama minum dan memasak bagi keluarganya.
BACA JUGA:Lagi, Unma Mendapat Program GNRM
BACA JUGA:Puluhan Icumbent Nyaleg Lagi, Terbanyak di Daerah Pemilihan 3, 4 dan 5
“Biasanya saya mengambil air pada pagi hari, kemudian siang dan sore. Tapi kalau lelah dua kali juga cukup sih untuk kebutuhan saat pagi dan sore hari saja,”ucapnya.
Sementara itu Drs H Nanan Ginanjar Dewan Pengawas PDAM kabupaten Majalengka mengatakan, pihaknya dalam hal ini PDAM sudah menyalurkan bantuan air bersih kepada sejumlah desa atau kampung yang mengalami krisis air bersih, sesuai dengan ajuan masyarakat.
Diakui dia akibat kemarau panjang kali ini, debit air di PDAM mengalami penurunan signifikan akibat turunnya debit air di mata air yang menjadi sumber PDAM.
“Untuk penyaluran air bersih, PDAM sudah mengirimkan sejumlah armada tanki nya ke beberapa daerah yang mengalami krisis air bersih, sesuai dengan surat pengajuan dan permintaan dari masyarakat,”jelasnya.
BACA JUGA:Inge Anugrah Kecewa Banget Akan Keputusan Pengadilan Terkait Hak Asuh Anak
BACA JUGA:DPMD Jabar Gelar Peningkatan Kapasitas BPD dan Perangkat Desa
Sementara itu di Kecamatan Sindangwangi dan Rajagaluh sendiri kebutuhan air bersih bagi masyarakatnya masih terpenuhi, hal tersebut disebabkan karena di dua kecamatan itu memiliki sejumlah telaga berair jernih yang menjadi sumber mata air. Hanya saja akibat kemarau panjang, kondisi telaga atau bendungan yang ada mengalami penyusutan hingga 10 persenan.
“Alhamdulilah di kecamatan Sindangwangi tidak ada yang mengalami krisis air bersih, “terang Dedi warga Jerukleueut kepada Radar Cirebon.
Sementara itu Dedi Tato pengelola Buper Leles yang juga perangkat desa Padaherang mengatakan, untuk bisa menjaga ketersediaan air bersih, maka masyarakat harus gencar melakukan gerakan penghijauan, terutama dibagian hulu. Sebab hal itu kata dia, akan mampu menjamin ketersediaan air bersih.
Hal senada diungkapkan Dimas Wolu aktivis lainya, yang mengatakan, jika terjadi penebangan pohon atau kebakaran hutan TNGC, maka dikhawatirkan akan mempengaruhi stik ketersediaan air bersih. Pasalnya stok air di sejumlah telaga maupun embung yang ada di wilayah Rajagaluh dan Sindangwangi saat ini, disebabkan karena sejumlah hutan yang ada di selatan dua kecamatan itu masih terjaga.
BACA JUGA:Habib Reyhan Ali : Tidak Benar Anies JIL, Kolaborasi Siap Perjuangkan Anies Jadi Presiden RI
BACA JUGA:PD PUI Apresiasi Kinerja Baznas, Selalu Sinergis dengan Pemkab Majalengka dan Ormas Islam
“Makanya kami sangat mengkhawatirkan sekali terjadinya kebakaran hutan, sebab hal itu bisa menyebabkan terganggunya sumber mata air, akibat banyaknya pohon yang mati terbakar,”pungkasnya. (pai)