Setelah usianya menginjak dewasa, Nyi Seruni meminang dan menikahi Raden Sanata yang merupakan santri dari Pagar Gunung yang juga masih keturunan darah biru dari kerajaan Talaga.
Namun, ada suatu syarat dari Pangeran Sahroni ketika pernikahannya, yaitu untuk membabat hutan rotan Panjalin dan membuat suatu rumah yang berada di suatu daerah Panjalin yang tujuannya untuk menyebarkan Agama Islam di daerah Panjalin Majalengka.
Rumah Adat Panjalin juga tempat berlindungnya pasukan Ki Bagus Rangin.
Saat itu sekitar tahun 1812-1816, Ki Bagus Rangin berperang dengan penguasa kolonial, yakni dikenal dengan Perang Kedondong. Menghindari adanya tumpah darah, Ki Bagus Rangin dan pasukan bersembunyi di Rumah Adat Panjalin.
Penguasa kolonial saat itu datang ke wilayah Panjalin. Tapi tidak menemukan para pasukan Ki Bagus Rangin. Akhirnya mereka tertidur dan sedikit dikerjai oleh pasukan Ki Bagus Rangin dengan cara diberi berbagai macam warna pada wajahnya.
Sejak saat itulah gerombolan kolonial itu meninggalkan lokasi tersebut dan berjanji tidak akan mengganggu warga Panjalin. Hingga kini, bangunan ini masih dirawat dan dijaga warga setempat.
Rumah adat Panjalin juga sesekali dijadikan tempat peringatan budaya yang rutin digelar tiap tahunnya. Selain menjadi tempat wisata heritage. (*)