Dalam konteks terakhir ini, dia mewakili aspek Siwa yang lembut dan positif, berbeda dengan rekannya yang agresif, Mahakala.
Arca Nandiswara bermaterialkn batu andesit, tingginya 174 cm, lebar 93 cm, dan kedalaman 50 cm.
4. Ganesha
Ganesha adalah dewa Hindu yang sangat dicintai. Popularitasnya berkembang selama abad ke-5 M di India, sampai ke kerajaan-kerajaan Jawa.
Arca Ganesha ini berasal dari ruang utara candi yang dibangun di Singasari oleh Raja Kertanagara (1268-1292). Dewa itu duduk di singgasana yang dihiasi tengkorak manusia.
Di perhiasan Ganesha juga terdapat tengkorak, simbolisme Tantrisme, bermuatan ritual upacara pentahbisan yang diadakan di ladang kremasi.
Setelah dipindahkan dari reruntuhan Candi Singasari pada 1804, Ganesha Tantra ini dan patung Durga Mahishasuramardini dipamerkan di Leiden, di mana mereka telah berkontribusi pada penyebaran pengetahuan tentang budaya Hindu-Jawa sejak tahun 1826.
Arca dari batu andesit ini setinggi 154 cm, lebar 105 cm, dan kedalaman 72 cm.
Arca-arca tersebut bisa sampai ke Belanda karena diambil oleh orang Belanda pada zaman penjajahan dulu. Berdasarkan penelusuran T Quist dari Museum Nasional Kebudayaan Dunia, Belanda, empat Arca tersebut dulunya ada di kompleks candi Hindu-Buddha Singasari di Jawa timur.
Tersebutlah petugas administrasi kolonial era itu, namanya Nicolaus Engelhard, menemukan kompleks candi itu pada 1802. Ada enam patung yang dipindahkan ke tempat tinggal yang bersangkutan di Semarang.
Patung tersebut diserahkan ke pemerintah Hindia-Belanda di Batavia (sekarang Jakarta) pada 1817 dan kemudian ditempatkan di Kebun Raya Bogor. Selanjutnya, tiga arca (Bhairawa, Ganesha, Nandi) itu menyeberangi Samudera, pindah ke Royal Dutch Institute di Amsterdam, Belanda, tahun 1819.
Tiga arca selanjutnya berangkat dari Buitenzorg (sekarang Belanda) ke Belanda pada 1827-1828 dan menjadi koleksi National Museum of Antiquities, disusul tiga arca dari taman Institut Kerajaan Belanda pada tahun 1841.