CIAMIS, RADARMAJALENGKA.COM - Mahkota Binokasih Sanghyang Pake yang merupakan milik Prabu Siliwangi kembali ke Kerajaan Galuh atau saat ini Ciamis.
Bahkan, Mahkota Binokasih tersebut dibawa ke Astana Gede Kawali yang merupakan pusat Kerajaan Galuh sebelum disatukan Prabu Siliwangi menjadi Kerajaan Sunda.
Kepulangan mahkota tersebut ke tempat asalnya, tentu menjadi sangat bersejarah. Sebab, sudah 500 tahun lebih berada di Kabupaten Sumedang yang merupakan pusat dari Kerajaan Sumedang Larang.
Sebelumnya, mahkota yang terbuat dari emas dan memiliki bobot hingga 8 kilogram tersebut telah diarak di Kabupaten Sumedang.
BACA JUGA:Masjid Al Jabbar, Wisata Religi Paling Hits di Jawa Barat, Ada Edukasi Sejarah Keislaman
Diteruskan dengan Ngarak Pataka dan Mahkota Binokasih di eks Kawedanan Ciamis yang merupakan rangkaian dari Hari Jadi Ciamis.
Setelah sempat disimpat di Astana Gede Kawali, lalu dibawa ke Istana Kepresidenan Bogor yang merupakan simbol dari pusat Kerajaan Sunda atau Pakuan Pajajaran.
Bersatunya Sunda Segitiga Emas
Perwakilan Keraton Sumedang Larang, Raden Asep berharap, kembalinya Mahkota Binokasih dapat menjadi simbol bersatunya Segitiga Emas Sunda.
Simbol dari segitiga emas tersebut adalah Sajajar, Saamparan dan Sahuluwotan. Sapajajaran antara Maya Datar dan Surabina dan Hutamaya.
BACA JUGA:KASUS Subang Ibu dan Anak, dr Sumy Hastry Ngaku Tersiksa: Datang Dalam Mimpiku
"Bersatu di satu waktu, salamkan kepada sesepuh yang berada di Tatar Galuh Ciamis," kata Raden Asep, seperti dilansir radarmajalengka.com dari publikasi Dinas Pariwisata Kabupaten Ciamis.
Berdasarkan catatan sejarah, Mahkota Binokasih Sanghyang Pake dipakai oleh raja-raja Galuh seperti Niskala Wastu Kencana dan Dewa Niskala.
Lalu mahkota itu digunakan oleh Prabu Siliwangi atau Jayadewata. Selama kurang lebih 150 tahun mahkota tersebut berada di Kerajaan Galuh.
Hingga akhirnya Prabu Siliwangi menyatukan Kerajaan Galuh dan Sunda serta memindahkan ibu kota kerajaan ke Pakuan Pajajaran.