MAJALENGKA, RADARMAJALENGKA.ID - Produksi kerupuk Rizki Putra dan Sahabat, di Blok Sabtu, Perum Sindangkasih, Kelurahan Sindangkasih, Kecamatan Majalengka, makin eksis. Pengusaha kerupuk Rizki Putra dan Sahabat, Ismail menyebut, setiap hari memproduksi 9 kwintal. “Kami memasarkan kerupuk mentahnya hingga Tangerang. Kalau kerupuk matang, untuk seluruh wilayah di Kabupaten Majalengka,” ujar Ismail kepada Radar Majalengka, kemarin.
Setiap hari selalu memproduksi kerupuk, kecuali hari Jumat. Pria asal Desa Girimukti, Kecamatan Kasokandel terebut telah menjalani usaha pembuatan kerupuk selama 10 tahun, yang diawali saat produksi di belakang RM Nera, Jalan Gerakan Koperasi, Kelurahan Majalengka Wetan. “Alhamdulillah, sekarang sudah memiliki pabrik sendiri, dan proses pembuatannya juga tidak manual, tapi sudah menggunakan mesin,” kata Ismail.
Kini, dirinya telah memiliki pegawai 11 orang untuk produksi kerupuk. Serta 16 orang pegawai untuk keliling memasarkan kerupuknya, dengan upah harian yang dibayar seminggu sekali. Bahan dasar pembuatan kerupuk adalah tepung tapioca, yang dibeli dari Lampung. Harga tepung tapioka relatif stabil. Justru, kata Ismail, harga garam yang mengalami kenaikan terus-menerus.
Disebutkan dia, harga garam per 50 kg, semula hanya Rp 50 ribu, tapi kini harganya berlipat, mencapai Rp250 ribu untuk paket 50 kg. “Sehari kami membutuhkan 40 kg garam. Selain harganya naik signifikan, garam juga susah didapat,” ujar Ismail.
BACA JUGA:Defisit Anggaran Terpecahkan, Pemkab dan DPRD Majalengka Setujui Tiga Raperda
Untuk menggoreng kerupuk hingga matang, dibutuhkan minyak goreng yang tidak sedikit. Karena itu, ketika minyak goreng harganya naik, usahanya mengalami penurunan keuntungan. Ismail mengakui, saat pandemi Covid-19, justru usahanya mengalami peningkatan yang luar biasa. Dicontohkan, pesanan keluar kota yang biasanya dikirim tiap tiga minggu sekali, saat pandemi Covid-19, pesanan ada setiap dua pekan sekali.
Dia mengaku, selama ini belum pernah mendapatkan bantuan usaha dari pemerintah. Dirinya pernah mengajukan bantuan kepada pemerintah untuk mengembangkan usahanya. Tapi hingga kini belum terealisasi. Dia mengaku ingin membeli mesin produksi kerupuk yang harganya mencapai Rp125 juta untuk memenuhi pesanan konsumen.
“Pesanan ke Plered saja setiap harinya untuk kerupuk mentah, bisa satu truk, hingga 1 tronton,” ujarnya.
Ditegaskan dia, kerupuk produksinya telah berlabel halal, dan tanpa bahan pengawet. Sudah mendapatkan izin dinas terkait. Serta rekomendasi dari Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka. Dia pernah mencoba memproduksi kerupuk gendar dan menggunakan boraks, tapi kemudian tidak diteruskan. “Kami konsekuen memproduksi kerupuk bulat yang putih tanpa bahan pengawet,” ujarnya.
Dia mengakui, kerupuk yang digoreng hanya sekitar tiga kwintal saja untuk wilayah Majalengka. Dia bersyukur, meski musim penghujan, tapi masih bisa produksi karena telah memiliki mesin oven pengering. “Untuk satu oven bisa mengeringkan tiga kwintal kerupuk dalam waktu 2,5 jam saja,” ujarnya.
BACA JUGA:PDIP Kecam Relawan Pendukung Jokowi, Soal Izin Tempur