Di kota Portland, Oregon, memang banyak gelandangan. Saya beberapa kali ke Portland, hanya dua jam naik mobil dari Seattle. Sang pengacara yakin pembelaannya sukses. Tidak ada bukti apa pun yang melibatkan Nancy. Soal mobil adalah bukti yang lemah. Peluru yang menembus punggung sang suami pun tidak meninggalkan jejak di Glock yang disita.
Begitu rapi pembunuhan guru kuliner ini. Tidak ada sidik jari. Tidak ada jejak telapak. Terutama dari arah mobil berhenti ke dapur sekolah. Memang diakui, Nancy sempat berhenti tidak jauh dari sekolah kuliner. Itu karena dia tiba-tiba punya ide penulisan. Yang harus dia catat. Agar tidak lupa.
Saya belum menemukan salah satu pembaca Disway yang bisa mereka-reka peristiwa seperti ini. Mengapa begitu sempurna.
Apa pula motifnya. Soal cinta? WIL? PIL? Atau ketidakpuasan di ranjang?
Nancy mengaku hubungan ranjang dengan sang suami tidak ada masalah. Memang ada saja persoalan dalam rumah tangga. Biasa. Tapi lebih banyak yang menyenangkan daripada yang menjengkelkan.
"Saya itu pemuja suami. Ia hebat. Ia juga pemuja saya," ujar Nancy, tanpa takut disanggah suami.
Nancy pertama bertemu Daniel di sekolah masak di Portland. Bukan sekolah yang itu. Sudah tutup.
Dia sendiri lahir di dekat Houston, Texas. Sekolah di situ. Kuliah di situ. Kawin di situ: dengan seorang polisi. Dia tidak mau sang suami menyimpan senjata di kamar tidur. Mungkin dia hanya mau ada satu jenis senjata saja di ranjang itu.
Nancy bercerai. Dia pun merantau jauh ke utara. Ke Portland. Lebih dingin. Lebih banyak hujan.
Di Portland Nancy kursus masak. Daniel mengajar di sekolah yang sekarang sudah tutup itu. Nancy mengagumi kehebatan Sang guru. Jatuh cinta. Daniel sendiri berstatus duda.
Tujuh tahun mereka saling menjajaki kecocokan. Lalu kawin. Selepas sekolah masak Nancy sendiri usaha kuliner. Catering. Maju. Sempat punya karyawan sampai 25 orang.
Daniel, empat tahun lebih muda dari Nancy, terus menjadi pengajar kuliner. Ketika sekolah yang pertama tutup Daniel ikut mendirikan Oregon Culinary Institute. Hampir 20 tahun Daniel mengajar di situ.
Pendapatannya sekitar USD 40 ribu setahun. Dengan gaji segitu ia bisa menabung untuk hari tua. Berarti Daniel hemat sekali.
Nancy punya penghasilan lebih besar. Sampai USD 500 ribu. Di masa kejayaan kateringnyi.
Lalu datanglah bencana buatan manusia: Twin Tower World Trade Center New York ditabrak pesawat penumpang yang dibajak teroris. Hancur. Perang apa pun menyulitkan ekonomi. Termasuk perang pada terorisme akibat 9/11 itu. Bisnis katering Nancy terpengaruh. Dia mem-PHK separo karyawannyi. Lalu tutup sama sekali.
Nancy masih merasa punya kelebihan lain: menulis. Sejak mahasiswi Nancy sudah merasa punya bakat menulis. Dia pernah bikin tulisan berjudul nakal: Di antara Udel dan Dengkul. Dia juga sering menulis pamflet. Dia pun masuk grup penulis di Portland.
Lahirlah novel-novel seri ''Wrong'' itu.
Laris sekali. Sampai dijadikan film. Saya heran mengapa penulis laris seperti itu punya masalah. Ternyata yang laris itu bukan karya Nancy. Ada penulis lain yang juga menulis novel serupa. Nama serianya juga Wrong Series.
Meski novelnyi kurang laku Nancy tetap merasa hebat. Dia pun membuka ''kelas menulis''. Online. Kalau Anda punya tulisan 12.000 kata, kirimlah ke Nancy. Dia akan menelaah dan mengevaluasi tulisan Anda. Cukup bayar USD 100.
Dia juga membuka kelas murah. Tapi pesertanya banyak. Salah satu mata pelajarannya adalah: bagaimana mengatasi kesulitan membuat plot dalam tulisan.
Rupanya usaha itu juga kurang berhasil. Suatu saat Nancy merayu suami: agar mencairkan sebagian tabungan hari tuanya. Nancy sangat kesulitan membayar tagihan kartu kreditnyi. Besar: USD 35 ribu. Hampir sama dengan gaji Daniel setahun.
Lalu, ini yang mencurigakan polisi, Nancy berusaha mengurus asuransi jiwa Daniel. Besar sekali: USD 1,4 juta. Hampir Rp 20 miliar.
Daniel bukan hanya hemat. Ia memelihara ayam di halaman belakang rumah. Daniel juga rajin mencari jamur liar di taman-taman atau di hutan. Bukan hanya rajin, tapi juga ahli.
Saya pernah menemukan orang-orang pencari jamur seperti itu. Di akhir musim semi. Atau musim gugur. Pokoknya cuaca sedang sejuk.
Hari itu saya naik bus dari Chicago ke Cleveland. Busnya –Big Bus Express– berhenti satu jam di Toledo. Di terminal dekat taman kota yang besar. Beberapa orang terlihat merunduk-runduk di bawah pohon besar. Saya ingin tahu apa yang mereka kerjakan. Ternyata mencari jamur liar. Dibawa pulang. Dimasak.
Saya ikut merunduk-runduk. Hampir satu jam. Hanya dapat satu jamur. Kecil. Sedang mereka sudah dapat satu kantong plastik.
Banyak siswa Daniel yang mengenang khusus soal jamur ini. Inilah ajaran Daniel soal mencari jamur: "Kalau Anda ke sebuah taman, lalu Anda lihat ada pohon besar, di bawah pohon itulah tempat jamur terbanyak."