“MAHA suci Allah yang telah memperjalankan hamba Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda kebesaran Kami. Sesungguhnya Dia Maha mendengar Maha melihat.” QS al-Isra’/17 : 1
Isra Mikraj, peristiwa multidimensi, kejadian luar biasa yang hanya dapat diterima dan diyakini oleh manusia beriman. Undangan teramat istimewa yang diberikan kepada manusia paling mulia di muka bumi, bertemu dengan Sang Penguasa jagat raya.
Undangan istimewa karena ada perintah istimewa pula. Pastinya ada sesuatu yang bukan perkara biasa. Hal penting yang wajib dilakukan oleh setiap muslim. Ya, perintah salat, menjadi ibadah mendasar yang Allah SWT ‘merasa’ perlu untuk khusus mengundang dan menghadirkan Muhammad SAW bertandang ke Sidratul Muntaha.
“Bacalah kitab alquran yang telah diwahyukan kepadamu Muhammad dan laksanakanlah salat. Sesungguhnya salat itu mencegah dari perbuatan keji dan munkar. Dan ketahuilah mengingat Allah (salat) itu lebih besar keutamaanya dari ibadah yang lain. Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” QS al-Baqarah/2 : 45.
BACA JUGA:
- KPRI Saluyu Gelar Rapat Anggota Tahunan
- Rombongan Study Tour MTs Darul Fallah Cijati Majalengka Kecelakaan di Tol Semarang, Siswa PKL Meninggal Dunia
Firman Allah di atas menunjukkan bahwa salat, yang perintahnya saja mengundang nabi Nya yang mulia, adalah bukan ibadah ‘biasa-biasa’ saja. Yang jika dilaksanakan dengan benar sesuai arahan Rasulullah SAW maka akan menjauhkan dari perbuatan yang buruk. Menjadi pribadi yang mulia, menjaga amal-amalnya agar selalu dalam nilai-nilai ketaatan dan terhindar dari perbuatan yang berpotensi merusak, baik pribadi ataupun sekitarnya.
Banyak aspek yang dibahas dalam hikmah Isra Mikraj dan salat itu sendiri. Namun penulis jarang melihat, membaca atau mendengar bahasan yang dikaitkan pada aspek bertafakur pada alam. Belum banyak disinggung bagaimana seorang muslim dalam tugasnya sebagai khalifah bertanggung jawab terhadap keberadaan alam ini.
Fazlun M Khalid, pendiri Islamic Foundation for Ecology and Environmental Science (IFEES) lebih dari seabad silam menyatakan, bahwa “tanda-tanda kebesaran Allah“ dalam QS al-Isra’ adalah merujuk pada fenomena alam dan lingkungan.
Berita berlanjut di halaman berikutnya:
BACA JUGA:
- Pelantikan Pengurus DPC Tiara Kusuma
- Airlangga Mengaku Menerima Aspirasi Perpanjangan Jabatan Jokowi dari Petani Sawit