PANDEMI Covid-19 yang terjadi di Indonesia berpengaruh besar terhadap sektor ekonomi. Namun, ada salah satu daerah di Majalengka mampu bertahan ditengah pandemi yang sudah berlangsung dua tahun ini. Desa ini dianggap sukses mengembangkan program dari Corporate Social Responsibility (CSR) PT Pertamina.
Sebagai perusahaan plat merah, PT Pertamina tidak hanya berkewajiban mendatangkan deviden untuk negara, tapi juga harus memberikan kontribusi nyata kepada masyarakat. Terutama, masyarakat yang berada disekitar unit usaha yang dijalankan oleh perusahaan minyak dan gas tersebut.
Tidak hanya kontribusi ekonomi maupun sosial, tapi juga lingkungan. Sebab, isu lingkungan menjadi topik penting ditataran global.
Melalui program CSR, PT Pertamina membentuk desa binaan dengan tujuan meningkatkan taraf ekonomi masyarakat di desa tersebut melalui sistem pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture). Salah satu desa binaan PT Pertamina adalah Desa Bongas Wetan, Kecamatan Sumberjaya, Kabupaten Majalengka, Provinsi Jawa Barat.
Desa Bongas Wetan memiliki potensi pertanian yang sangat luar biasa. Lewat program CSR, masyarakat diarahkan untuk membentuk Kelompok Wanita Tani (KWT) Bongas Wetan Indah dan Pemuda Pecinta Pertanian dan Lingkungan Generasi Milenial Bongas Wetan (PEP Pepeling Gembos).
Menariknya, ketika pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung selama dua tahun terakhir ini, KWT Desa Bongas Wetan ternyata tidak terkena dampak signifikan, mereka tetap produktif menghasilkan produk-produk pertanian unggulan, tanpa merusak lingkungan dengan penggunaan pestisida buatan.
Menurut Community Development Officer (CDO) PT Pertamina EP Asset 3 Jatibarang field, Isyfi Syaufi Nafilah bahwa program desa binaan yang berlangsung di Bongas Wetan sudah berlangsung sejak Mei 2018 silam.
Diawali dengan program edukasi peningkatan kualitas produksi pertanian, khususnya tanaman holtikultura, para kaum perempuan desa setempat ternyata tertarik untuk ikut program tersebut, hingga akhirnya terbentuklah KWT Bongas Wetan Indah.
\"Dimulai dari lahan kosong seluas 560 meter persegi yang terletak di belakang balai desa, oleh mereka disulap menjadi lahan pertanian holtikultura dan menghasilkan produk pertanian yang berkualitas hingga sekarang,\" tuturnya.
Petani perempuan yang tergabung dalam KWT ini terus bekerja keras dengan penuh semangat dalam membudidayakan tanaman-tanaman holtikulura, seperti sayuran hidroponik, kangkung, selada, bayam, cabai, hingga labu madu.
\"Awalnya, hasil produk produk pertaniannya dikonsumsi untuk masing-masing anggota KWT dan dijual kepada masyarakat sekitar,\" ungkap Isyfi.
Kemudian, lambat laun, hasil produksi pertaniannya meningkat, terutama untuk komoditi labu madu. Muncul inisiatif dikalangan KWT untuk beriovasi dengan mengolah labu madu menjadi makanan yang bernilai ekonomi tinggi. “Ibu-ibu sudah mulai kreatif, agar ada nilai tambah lagi dari hasil produksi pertaniannya, mereka olah labu madu menjadi dodol,\" imbuhnya.
Tentu saja, dengan adanya kemajuan yang terjadi di Desa Bongas Wetan, Isyfi pun sangat respect dan mengapresiasi.
Dari tujuan awal hanya ingin menciptakan ketahanan pangan bagi masyarakat, dengan memanfaatkan waktu luang kaum perempuan agar lebih produktif. Justru yang terjadi diluar ekspektasi dari program CSR yang digulirkan PT Pertamina.
\"Ini diluar dugaan kami, berkat semangat para ibu-ibu dan pendampingan kami yang tak pernah lelah, ternyata kita sudah sampai pada tahap ini,\" bebernya.