MAJALENGKA - Pandemi Covid-19 sangat berdampak terhadap penuruan produksi dan pemasaran usaha kecil menengah (UKM). Hal tersebut seperti yang dialami Hj Popon, pelaku UKM yang memproduksi aneka makanan khas Majalengka.
Menurut Hj Popon, produksi anea keripik dan makananya di Kelurahan Cijati Kecamatan Majalengka menurun hingga 50 persen. Bahkan, jumlah karyawan dari semula 25 orang kini tinggal 12 orang.
“Adanya pandemi benar-benar membuat pelaku UKM terpuruk, karena produksi hanya 50 persen saja. Banyak wisata yang tutup, sedangkan produk kami pasarnya di kawasan obyek wisata. Produksi makanan juga banyak yang dikurangi seperti keripik nangka dan dodol nangka yang bahan bakunya harus cash, sehingga kini memilih tidak diproduksi lagi,”paparnya.
Diakuinya, produksi yang sedang bagus adalah keripik jagung dan basreng. Sedangkan pesanan konsumen seperti dari Superindo yang biasa pesan 350 karton per minggu kini hanya 70 karton per minggu. “Meskipun sepi, kami harus tetap semangat dan berharap semoga pandemi segera berakhir,” ujarnya kepada Radar di sela pameran launching produc BSI-QIRIS di Rest Area Tol Cipali KM. 166, kemarin.
Senada Manager Majalengka Mart, Asep Rahmat Effendi mengatakan pandemi Covid-19 merupakan masa yang sangat sulit bagi pelaku UKM. Asep berharap Pemkab Majalengka memiliki regulasi yang jelas terhadap pengembangan UKM, sehingga warga Majalengka misalnya para ASN bisa menggunakan produk lokal. (ara)