MAJALENGKA - Tongkol jagung hibrida biasanya menumpuk dan berserakan tidak karuan, serta dibiarkan sehingga kerap menjadi persoalan di lingkungan. Tapi justru di tengah pandemi Covid-19 ini, warga di Desa Bonang Kecamatan Panyingkiran dapat memafaatkan sisa jagung tersebut untuk membudidayakan jamur jagung alias jamur janggel. Kepala Desa Bonang Kecamatan Panyingkiran, Ai Wulandari mengakui selama ini para petani di desanya membiarkan tongkol (bekas) jagung hibrida, sehingga menimbulkan masalah lingkungan. Kemudian pegurus BPD menemukan cara untuk memanfaatkan tongkol jagung itu untuk media budi daya jamur jenggel. Diterangkan Kuwu Ai, dirinya juga langsung mencoba untuk membudidayakan jamur jenggel tersebut di sekitar rumahnya. Tongkol jagung sebagai media setelah diberi alas dari karung bekas padi yang disimpan di lantai tanah lalu diberi dedak padi yang lembut, urea dan ragi secukupnya. Kemudian disiram air sehigga ada permentasi dan akan tumbuh jamur yang lebih bersih dan enak dari jamur jerami. Menurut Ai, di desanya baru ada delapan orang yang membudidayakan jamur jagung ini. “Selain untuk konsumsi sendiri, jamur jenggel juga dijual dengan harga perkilo mencapai Rp40 ribu,” kata Kuwu Ai kepada Radar sambil menunjukkan jamur yang baru dipanennya. “Kami bersyukur, selama lockdown karena Corona, ada temuan baru dengan melihat di youtube untuk memanfaatkan tongkol jagung. Kebetulan di Bonang banyak tongkol jagung,” pungkasnya. (ara)
Jamur Jagung Dihargai Rp40 Ribu/Kilo
Jumat 12-06-2020,11:00 WIB
Editor : Leni Indarti Hasyim
Kategori :