PMI Kelimpungan Cari Darah, Banyak Agenda Donor Dibatalkan, Stok Darah A Kritis

Rabu 18-03-2020,11:20 WIB
Reporter : Leni Indarti Hasyim
Editor : Leni Indarti Hasyim

MAJALENGKA- Kebijakan social distancing guna mencegah penyebaran virus corona membuta Palang Merah Indonesia (PMI) Cabang Majalengka kelimpungan mencari kelompok donor darah. Stok darah yang tersedia terus turun, sementara permintaan terus datang. Kepala Unit Transfusi Darah (UTD) PMI Cabang Majalengka, dr Neneng Ari Latifah didampingi Kabid Pelayanan, Andi Puji Santoso mengatakan, hampir seluruh keluarga dan komunitas donor darah membatalkan agenda donor darah. Beruntung sebelum menyebarnya virus corona, kegiatan donor darah gencar dilakukan setiap hari. Sehingga persediaan darah cukup untuk beberapa minggu ke depan. Disebutkan saat ini stok darah yang tersedia di PMI sebanyak 586 labu. Namun untuk stok golongan darah A tergolong kritis. ”Kami akan koordinasi internal untuk menyikapi wabah corona ini pada Rabu (18/3),” kata Andi, kemarin. Andi menyebutkan, kegiatan darah yang akan digelar dalam waktu dekat adalah di Desa Randegan Wetan, Kecamatan Jatitujuh, Rabu (18/3). Sedangkan jadwal kegiatan donor darah di lingkungan BIJB dan di sejumlah pabrik serta sekolah dibatalkan. Menurutnya, stok darah di Palang Merah Indonesia (PMI) akan terus menurun bila jadwal donor darah ditunda. Padahal kebutuhan darah untuk penderita DBD semakin meningkat akhir-akhir ini. Solusinya harus ada donor pengganti untuk memenuhi kebutuhan darah yang semakin terbatas. Dijelaskan Andi, kebutuhan darah dalam setahun mencapai 16.360 labu atau sekitar 1.333 labu per bulannya. Sementara itu Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (Permenkes) No 91 tahun 2015 tentang Pelayanan Transfusi Darah, pelayanan donor darah harus terstandar yang didukung SDM dan sarana dan prasarana yang memadai. Diakui Andi pelayanan UTD PMI Cabang Majalengka untuk mencapai standar masih sangat kurang. “Untuk menghasilkan layanan yang optimal sesuai standar perlu dukungan pemerintah yang maksimal dan seluruh pihak,” ujarnya. Diakuinya keberadaan PMI hanya mengandalkan Biaya Pengganti Pengolahan Darah (BPPD) untuk operasional. Sehingga mencapai standar sangat sulit. Karena meskipun besaran BPPD tergolong besar sebesar Rp360 ribu per labu tapi biaya operasional masih jauh dari cukup. “Karena itu untuk mencapai standar pelayanan dengan hasil yang maksimal perlu didukung penuh oleh pemda dan seluruh komponen serta didukung pengupahan yang profesional dengan sarana dan prasarana yang memadai,” tuturnya. (ara)  

Tags :
Kategori :

Terkait