Empat makam keluarga pelukis sketsa Candi Borobudur bisa ditemukan di wilayah area pemakaman Karamat, Desa Mirat Kecamatan Leuwimunding Kabupaten Majalengka. Seperti apa? ONO CAHYONO, Leuwimunding Pada umumnya, makam hanya setinggi dua jengkal tangan orang dewasa ditambah batu nisan. Namun makam Hubertus Niccholas Sieburg berbeda. Makam Hubertus sangat mencolok. Tinggi makamnya lebih dari dua meter. Lebarnya pun tidak seperti makam pada umumnya. Makamnya berupa betonan kokoh yang menjulang ke atas. Menurut keterangan sesepuh Mirat, maupun pemerhati sejarah, termasuk Komunitas Group Majalengka Baheula (Grumala) yang baru-baru ini datang ke lokasi mengungkapkan bahwa di makam yang menjulang tersebut seharusnya ada keramik khusus. “Sepertinya sudah hilang dicuri orang beberapa puluh tahun lalu,” kata kepala Dusun Mekarsaluyu, M Sarkowi saat meninjau langsung ke lokasi, Selasa (10/3). Dia mengatakan berdasarkan keterangan lisan orang tua terdulu yang saat ini masih hidup, area komplek pemakaman Karamat di Dusun Mekarsaluyu RT 04 RW 04 memang sudah ada sejak dirinya belum lahir. \"Dulu ketika saya masih kecil masih agak bagus,\" ungkapnya. Sementara itu, kepala desa Mirat, Asep Sumekar menambahkan area pemakaman Karamat di wilayah desanya itu akan dijadikan potensi wisata sejarah dan religi. Pihaknya tengah merancang konsep gabungan wisata alam, adventure yang menyatu dengan wisata sejarah dan religi. \"Itu ada nilai historisnya. Tentu saja sejalan dengan konsep yang tengah kami kembangkan di Mirat. Oleh karena itu area makam tersebut tengah dibersihkan,\" ungkapnya. Sementara itu, Tim Grumala yang akrab dipanggil Juru Gejlig (Jurig), Nana Rohmana, membenarkan ia telah mendatangi lokasi makam yang diduga kuat merupakan makam seorang pelukis sketsa asal Belanda. Naro sapaan akrabnya menjelaskan berdasarkan keterangan yang dia cocokkan dengan data ensiklopedia, di makam tersebut seharusnya ada marmer nisan yang bertuliskan satu nama. Namun sekarang sudah hilang. Akan tetapi dari keterangan yang berhampir dihimpun, informasi mengenai pelukis Belanda ini nyaris semuanya cocok. Misalnya soal penamaan area Makam Karamat dulu yang bernama Apenbosch. Di lokasi makam itu dulunya adalah hutan kecil yang terdapat banyak kera. Apen berarti monyet atau kera. Bosch berarti hutan. Dua kata itu merupakan kosakata atau istilah Belanda. “Kami tanya ke Pak Kuwu Mirat, memang dulunya begitu banyak monyet sampai ke hutan Sanghyangdora,\" ujar Naro,. Naro menjelaskan berdasarkan catatan yang ada, makam tersebut adalah makam Hubertus Niccholas Sieburg. Dia tercatat sebagai pelukis atau pembuat sketsa pertama Candi Borobudur, sebelum beres diekskavasi. Niccholas tercatat lahir di Harleem, Belanda pada tahun 1799 dan meninggal di Rajagaluh 1842. Mendiang sempat menikah dengan pribumi Rajagaluh. \"Kami sempat mencari ke wilayah Rajagaluh untuk mencari makam ini, namun dari orang Rajagaluh yang kami temui, muncul keterangan jika makamnya ada di Mirat,\" tuturnya. Naro menambahkan di area Makam tersebut juga ada jenis bata yang berbeda dengan bata lainnya. Ada sebuah makam Karamat yang disinyalir berasal dari Kerajaan Mataram, mengingat bentuk bata-nya sangat berbeda dengan bata yang ada di sekitarnya. Posisi makam berdampingan dengan Kerkhof (Komplek Makam Belanda) ini. Ada katerangan yang menyebutkan bahwa ada empat makam Kerkhof atas nama Hubertus Nicholas Sieberg, Van Michells, Putrinya yakni Agraphina Michells dan Johanna Wilhelmina. “Tapi kita belum bisa menetapkan 100 persen itu makam mereka ya. Karena nisannya sudah tidak ada. Ini hanya fakta sementara berdasarkan catatan yang ada,\" tukasnya. (*)
Marmer Nisan Dicuri, Menjulang Lebih dari Dua Meter
Rabu 11-03-2020,11:12 WIB
Editor : Leni Indarti Hasyim
Kategori :