Upayakan Kembalikan Pusaka Rumah Adat Panjalin

Jumat 01-11-2019,09:37 WIB
Reporter : Leni Indarti Hasyim
Editor : Leni Indarti Hasyim

MAJALENGKA – Rumah Adat Panjalin menjadi salah satu cagar budaya yang ada di Majalengka. Pengembangan  rumah adat guna meningkatkan potensi wisata menemui sejumlah kendala. Hal tersebut diungkapkan pengurus ke XII, EIang Saeful Ikhsan SAg. “Untuk pengembangan memang selalu menjadi wacana yang didambakan kami dan juga masyarakat desa Panjalin Kidul Kecamatan Sumberjaya. Akan tetapi memang ada sejumlah kendala salah satunya kekhawatiran seperti keraton rebutan ahli waris. Kisruh di tingkat keluarga itu bisa saja berujung sampai memutuskan tali silaturahmi,” jelasnya, kemarin. Pihaknya berupaya ingin memberikan penyadaran terlebih dahulu kepada keluarga hingga masyarakat Panjalin Kidul. Keberadaan Rumah Adat Panjalin ini jangan dianggap milik kelompok ataupun keluarga. Artinya jangan pemikiran satu orang atau kelompok, akan tetapi milik semua orang Panjalin. Apalagi keberadaannya sudah diakui oleh pemerintah yang secara otomatis adalah milik masyarakat Indonesia. “Jadi kami (pengurus) itu mempersilakan kepada siapa saja dan bebas pengelolaannya tidak masalah. Dari dahulu ini bisa potensial dikembangkan mudah. Cuman khawatirnya itu. Setiap ada even pasti meriah. Belum sejumlah rangkaian kegiatan yang masih cukup banyak,” tegasnya. Dia menyebutkan, sejumlah agenda kegiatan di bulan Rabiul Awal (Mulud). Pihaknya bisa saja membuat sebuah kegiatan sendiri yang bisa lebih elegan dan mendatangkan sejumlah komunitas di Rumah Adat, beberapa kuncen, golongan seni budaya dan lainnya. Karnaval budaya Panjalin beberapa waktu lalu menjadi salah satu rangkaian kegiatannya. Rencana kegiatan yang bernuansa budaya seperti “Nyiramkeun Benda Pusaka Rumah Adat” yang sekarang sudah cukup lama tidak dibesar-besarkan. Dikabarkan dari Keraton Cirebon pada bulan Rabiul Awal ini akan berkunjung ke rumah adat untuk mengembalikan sejumlah pusaka yang pernah dititipkan sebelumnya. “Jadi ada bahasa kalau sejumlah pusaka itu kembali ke sini lagi tidak masalah. Asal jangan untuk pribadi. Di antaranya ada giok, keris dan lain sebagainya,” imbuhnya. Guru di SMP 2 Sumberjaya ini menceritakan, awalnya sebagian pakakas (pusaka) dibawa dan disimpan di Keraton Cirebon akibat sempat tercecer di wilayah ini. Pihaknya berupaya ingin mengembalikan lagi sejumlah pusaka ke rumah adat dengan beberapa tahapan. Selain berada di Keraton Cirebon juga sebagian tersebar di anggota keluarga. “Paling di sini hanya ada 25 persen. Dari total keseluruhan paling hanya 30 persen di keraton yang setahu saya disimpan di tempat pertapaan. Jadi melalui rencana kegiatan nyiramkeun benda pusaka itu sebagai upaya atau tahapan mengembalikan pusaka yang sebelumnya berada di luar,” tandasnya. (ono)

Tags :
Kategori :

Terkait